Berikut Adalah Naskah Drama 7 Orang Berjudul Tiga Saudara. Karya Ahmad MR Adaptasi Dari Kisah Three Litle Pigs. Silahkan Digunakan, Tapi Jangan Lupa Cantumkan Nama Pengarangnya, Mohon Saran Dan Kritiknya
Tiga Saudara
(Adaptasi Dari Cerita Tiga Babi
Kecil)
Oleh : Ahmad M.R
Babak 1 Rumah Ayah
Dalang : pada jaman dahulu, hiduplah sebuah
keluarga dengan seorang ayah dan tiga orang anak. Ibu mereka sudah meninggal
bertahun tahun yang lalu. Waktu berlalu dan anak anaknya semakin dewasa
Ayah : anak anakku, kemari kalian semua. Anakku,
kalian sudah mulai dewasa, rumah yang aku bangun sepuluh tahun yang lalu sudah
tak muat untuk kita semua. Karena itu pergilah ke pasar, bawalah uang ini dan
belilah bahan untuk membangun rumahmu sendiri.
Si sulung : Tapi ayah, itu adalah hal yang sangat
merepotkan. Itu hanya membuang buang waktuku saja.
Si second : saya juga setuju dengan apa yang
dikatakan kakak pertama ayah. Lagi pula biarkan saja adik ketiga yang membangun
rumahnya sendiri, dan kita tetap disini bersama ayah.
Si bungsu : saya tidak keberatan
dengan apa yang dikatakan oleh kakak kedua ayah.
Ayah : tidak ada tapi tapi,kalian semua
harus keluar dari rumah ini dan mulai mandiri, titik.
Dalang : dan begitulah cerita ini bermula, sang
ayah sudah memutuskan bahwa anaknya sudah harus hidup mandiri, dan tidak ada
yang bisa membantah. Keputusan sang ayah sudah bulat.
Babak 2 pasar
Dalang : berangkatlah tiga saudara itu ke pasar,
namun dengan badannya yang besar dan kuat, kakak pertama mendahului kedua
adiknya sampai di pasar.
Si sulung : wahai pemilik toko, aku hendak membangun
rumah, berikanlah aku jerami, agar mudah aku memikulnya.
Penjual : tapi tuan berbadan besar, kalau hendak
membangun rumah, harusnya kau mengguna….
Si sulung : aku tak perlu nasihatmu, aku tahu apa
yang aku perlukan. Jerami sangat mudah dibawa, sangat mudah di susun, apalagi
yang aku perlukan ? cepat beri aku jerami !
Penjual : baiklah kalau itu maumu, tapi kau pasti
menyesal karena tak menghiraukan ucapanku.
Dalang : dengan keyakinan penuh, si sulung
menggunakan jerami sebagai rumahnya, tak lama setelah kedatangan si sulung di
pasar, datanglah si second
Si second : wahai penjaga toko, berikanlah aku
jerami, karena aku akan membuat rumah, agar aku mudah membawanya.
Penjual : wahai pemuda,semua jerami telah habis
terjual, tapi kalau hendak membangun rumah harusnya kau menguna…
Si second : aaahhh, pasti kakak1 yang menghabiskannya,
kalau begitu berikanlah aku kayu, kalau memang itu adanya, karena kayu cukup
ringan beratnya, cukup kuat bahannya, dan cukup mudah menyusunnya
Penjual : ini kayu yang kau inginkan, tapi nanti
kau akan menyesal karena tidak menghiraukanku.
Dalang : begitulah si second sekasar si sulung,
dengan sedikit terpaksa menjadikan kayu sebagai bahan rumahnya. Namun bagaimana
dengan si bungsu ?
Si bungsu : permisi bapak yang berjualan di pasar
saya mau bertanya
Penjual : wahai adik kecil yang sopan, apa yang
akan engkau tanyakan ?
Si bungsu : saya mau tanya, kalau mau membuat
rumah, bisakah saya menggunakan jerami ?
Penjual : sebaiknya jangan, bahan itu sangat
ringan, rumahmu akan mudah tertiup angin.
Si bungsu : kalau begitu, bisakah
saya menggunakan kayu ?
Penjual : itu juga bukan bahan yang bagus, kayu itu
mudah terbakar, apa kau mau rumahmu terbakar ?
Si bungsu : kalau begitu, apa yang
harus saya pakai wahai penjaga toko ?
Penjual : sebaiknya kau menggunakan batu bata,
agar rumahmu kuat dan kokoh.
Si bungsu : terima kasih nasihatmu
bapak penjaga toko, kalau begitu bolehkah saya membeli batu batamu ?
Penjual : tentu, untuk adik kecil yang sangat
sopan ini
Si bungsu :
terima kasih penjaga toko yang berjualan di pasar
Penjual : sama sama
Babak 3 warung
Dalang : dan begitulah, tiga orang saudara,
membangun rumah dengan tiga bahan yang berbeda. Kakak tertua dengan jerami,
kakak kedua dengan kayu, dan si bungsu yang kerepotan dengan batu batanya
Si bungsu : kakak kakakku apakah
kalian mau membantuku ? batu bata ini begitu berat, aku kesulitan membawanya
sendirian
Si sulung : hei bungsu, kenapa kau memilih batu bata,
lihatlah aku, aku memilih jerami agar mudah aku membawanya. Dasar bodoh.
Si second : lagi pula kenapa kau tidak memililh kayu
seperti aku? Pasti kau mendegarkan ocehan si penjaga toko itu. Hahaha kau telah
tertipu olehnya.
Si bungsu : tapi apa yang di katakana
oleh penjaga toko itu ada benarnya, dia berkata bahwa kayu dan jerami bukanlah
bahan yang bagus untuk membuat rumah
Si sulung : sudahlah, tak akan ada yang mau
membantumu. Hei si second, ayo, sudah dulu istirahatnya, ayo berangkat dan
tinggalkan si bungsu
Si second : ayo
Dalang : dan begitulah kekasaran kakak kakaknya
selalu diterima dengan sabar oleh si bungsu
Babak 4 tempat membangun rumah
Dalang : sesampainya si bungsu di desa, kedua
kakak si bungsu sudah selesai membangun rumah dan bersantai santai.
Si sulung : hei dalang, kenapa kau bilang pada
penonton bahwa aku ini bersantai santai? Aku ini sedang beristirahat, melepas
lelah setelah berkerja keras membangun rumah
Dalang : hei si sulung, yang kau lakukan bukanlah
kerja keras. Kau hanya menumpuk jerami yang tidak lebih berat dari seekor
kambing. Tapi si bungsu, dia bersungguh sungguh membangun rumahnya
Si sulung : alah… kau terlalu banyak bicara
Dalang : itu memang tugasku, untuk menjelaskan
kepada penonton apa yang terjadi di sini
Si sulung : ah sudahlah
Si bungsu : ah, tak mengapa, toh
memang kakak kakakku lebih kuat dari aku, wajar jika mereka selesai lebih cepat
dari aku. Aku akan mulai membangun rumahku
Babak 5
rumah si bungsu sudah jadi
Dalang : malam menjelang, kegelapan datang, tiba
tiba di balik kegelapan malam datang sebuah ancaman. Perampok tanpa hati yang
menghabisi setiap nyawa di rumah incarannya.
Maling : akulah si rampok sadis, penjahat paling
bengis, sekali aku datang, nyawamu akan habis. Hmm, sebuah rumah jerami, wahai
penghuni rumah jerami di depanku, waktumu telah tiba, nyawamu akan melayang di
tanganku
Si sulung : pergi kau maling bengis. aku ada di dalam
rumah, kau tidak bisa menembusnya.
Maling : memang aku tidak bisa menembusnya,
karena aku bukan hantu, hahahaha. Tapi, aku bias meniupnya
Kakak1 : ohh, si bungsu benar, jerami bukanlah
rumah yang bagus, si second, si second, buka pintunya, rumahku diterbangkan
oleh perampok bengis
Si second : masuklah si sulung, berlindunglah di
rumahku, rumahku terbuat dari kayu, sangat aman buatmu
Si sulung : terimakasih adikku
Maling : jadi, rumah kayu ya ? wahai kalian
berdua yang ada dirumah kayu, waktu kalian sudah habis, cepat serahkan diri
kalian padaku
Si second : hei kau maling bengis, rupanya kau bau amis,
ini rumahku, terbuat dari kayu, tiupanmu tak akan mampu
Maling : apa katamu ? baik kalu itu maumu
Si second : apa kataku,tiupan lemahmu itu tak mampu
hancurkan rumahku, sekarang pergilah jauh dariku
Maling : memang aku tak bias meniupnya, tapi mari
bertanya pada korekku ini, mungkin kalian akan jadi daging panggang. Hahahaha
Si second : oh tidak, si bungsu benar, kayu bukanlah
rumah yang bagus
Si sulung : kalau begitu ayo kita berlindung di
rumah si bungsu
Si second : tapi setelah semua apa yang kita
katakana padanya, apa dia mau menerima kita ?
Maling : hei kalian, rumahmu sudah hilang,
sebentar lagi nyawamu akan melayang, hahahah
Dalang : hei maling bengis, berilah kedua
saudara ini kesempatan berdiskusi, sekarang ini, mereka sedang menyesali
perbuatannya, berilah mereka kesempatan
Maling : ya, ya baiklah, sekarang ataupun nanti
akan sama saja, mereka akan tetap mati hahahah
Si sulung : tapi setidakknya kita harus mencoba
Dalang : hei si second, benar apa yang dikatakan si
sulung, adik kalian itu baik hatinya dan sangat pemaaf. Kalian pasti akan
diterima di rumahnya
Si sulung : bungsu, bungsu, buka pintumu,maafkan kami
telah meremehkanmu
Si second : benar, kami salah telah menertawakanmu
maafkan kami dan bukalah pintumu, di belakangku ada perempok yang akan membunuh
kami
Si bungsu : masuklah kakakku pintuku
selalu terbuka untukmu
Maling : haahhah, kudapatkan tanganmu, sebentar
lagi kudapatkan nyawamu
Si sulung : bungsu, ayo kita selamatkan si second,
tarik, tarik, dapat, cepat tutup pintunya
Maling : ahh sial, lagi lagi sembunyi di dalam
rumah. Bikin repot saja. Wahai kalian yang ada di dalam rumah bata, keluarlah
kalian, sudah dua rumah aku hancurkan. Rumah inipun pasti hancur dan kalian
akan mati
Si bungsu : hai rampok bengis dan
sadis, cobalah semua kemampuanmu dank au tak akan mampu hancurkan rumah bataku
ini
Maling : baiklah akan kutiup
Si sulung : hah, tiupanmu tidak mempan dasar rampok
sadis
maling : memang tiupanku tak mempan, tapi apa
kata korekku ini hah ?
si second : oh tidak, rumah ini akan terbakar
seperti rumahku tadi
si bungsu : tidak, itu tidak akan
terjadi, bata bukanlah benda yang mudah terbakar
maling : apa? Korek ini tidak mempan? Huh sialan,
bikin repot saja. Kalau itu mau kalian aku akan mendorak masuk
si second : oh tidak, matilah kita
si bungsu ; tunggu kakak kakakku,
kenapa kita harus takut bukankah kita bertiga dan maling itu hanya sendiri?
Kenapa kita harus takut
si sulung : kau benar bungsu, kita akan melawannya,
apalagi badanku sangat kuat
maling : ohh, jadi kalian memilih keluar,
baguslah, jadi aku tidak usah repot repot menghancurkan pintu rumah kalian
si second : apa kau yakin? 3 lawan satu, dan aku
masih berpikir akan menang? Ajalmu yang sudah tiba pak perampok
maling : oh sial, aku lupa, mereka bertiga, aku
harus lari
dalang : maaf, tapi kau tidak boleh lari,
penonton tidak suka jika tokoh jahatnya lolos, mereka menyukai jika orang baik
yang menang.
Maling :
minggir, itu bukan urusanmu dalang, minggir !
Dalang : ooh, tentu urusanku, di sini tertulis
bahwa sang rampok harus di hajar oleh tiga bersaudara, dan tugasku adalah
menjaga cerita agar tetap sesuai dengan apa yang tertulis oleh sang penulis.
Dan kalian bertiga, cepat tangkap maling ini
Si sulung : ayo adik adikku, hajar !
Dalang : dan begitulah, kakak kakak si bungsu
mengambil pelajaran bahwa kita harus melakukan segala hal dengan bersungguh
sungguh, dan bahwa kita harus saling menghormati dan menyayangi
0 komentar:
Posting Komentar