Sabtu, 31 Mei 2014

Posted by Unknown in | 06.08 No comments
Berikut Adalah Naskah Drama 7 Orang Berjudul Tiga Saudara. Karya Ahmad MR Adaptasi Dari Kisah Three Litle Pigs. Silahkan Digunakan, Tapi Jangan Lupa Cantumkan Nama Pengarangnya, Mohon Saran Dan Kritiknya





Tiga Saudara




(Adaptasi Dari Cerita Tiga Babi Kecil)
Oleh : Ahmad M.R










Babak 1  Rumah Ayah
Dalang     : pada jaman dahulu, hiduplah sebuah keluarga dengan seorang ayah dan tiga orang anak. Ibu mereka sudah meninggal bertahun tahun yang lalu. Waktu berlalu dan anak anaknya semakin dewasa
Ayah         : anak anakku, kemari kalian semua. Anakku, kalian sudah mulai dewasa, rumah yang aku bangun sepuluh tahun yang lalu sudah tak muat untuk kita semua. Karena itu pergilah ke pasar, bawalah uang ini dan belilah bahan untuk membangun rumahmu sendiri.
Si sulung     : Tapi ayah, itu adalah hal yang sangat merepotkan. Itu hanya membuang buang waktuku saja.
Si second     : saya juga setuju dengan apa yang dikatakan kakak pertama ayah. Lagi pula biarkan saja adik ketiga yang membangun rumahnya sendiri, dan kita tetap disini bersama ayah.
Si bungsu : saya tidak keberatan dengan apa yang dikatakan oleh kakak kedua ayah.
Ayah         : tidak ada tapi tapi,kalian semua harus keluar dari rumah ini dan mulai mandiri, titik.
Dalang      : dan begitulah cerita ini bermula, sang ayah sudah memutuskan bahwa anaknya sudah harus hidup mandiri, dan tidak ada yang bisa membantah. Keputusan sang ayah sudah bulat.

Babak 2 pasar
Dalang     : berangkatlah tiga saudara itu ke pasar, namun dengan badannya yang besar dan kuat, kakak pertama mendahului kedua adiknya sampai di pasar.
Si sulung    : wahai pemilik toko, aku hendak membangun rumah, berikanlah aku jerami, agar mudah aku memikulnya.
Penjual     : tapi tuan berbadan besar, kalau hendak membangun rumah, harusnya kau mengguna….
Si sulung     : aku tak perlu nasihatmu, aku tahu apa yang aku perlukan. Jerami sangat mudah dibawa, sangat mudah di susun, apalagi yang aku perlukan ? cepat beri aku jerami !
Penjual     : baiklah kalau itu maumu, tapi kau pasti menyesal karena tak menghiraukan ucapanku.
Dalang      : dengan keyakinan penuh, si sulung menggunakan jerami sebagai rumahnya, tak lama setelah kedatangan si sulung di pasar, datanglah si second
Si second    : wahai penjaga toko, berikanlah aku jerami, karena aku akan membuat rumah, agar aku mudah membawanya.
Penjual     : wahai pemuda,semua jerami telah habis terjual, tapi kalau hendak membangun rumah harusnya kau menguna…
Si second    : aaahhh, pasti kakak1 yang menghabiskannya, kalau begitu berikanlah aku kayu, kalau memang itu adanya, karena kayu cukup ringan beratnya, cukup kuat bahannya, dan cukup mudah menyusunnya
Penjual     : ini kayu yang kau inginkan, tapi nanti kau akan menyesal karena tidak menghiraukanku.
Dalang      : begitulah si second sekasar si sulung, dengan sedikit terpaksa menjadikan kayu sebagai bahan rumahnya. Namun bagaimana dengan si bungsu ?
Si bungsu       : permisi bapak yang berjualan di pasar saya mau bertanya
Penjual     : wahai adik kecil yang sopan, apa yang akan engkau tanyakan ?
Si bungsu       : saya mau tanya, kalau mau membuat rumah, bisakah saya menggunakan jerami ?
Penjual     : sebaiknya jangan, bahan itu sangat ringan, rumahmu akan mudah tertiup angin.
Si bungsu : kalau begitu, bisakah saya menggunakan kayu ?
Penjual     : itu juga bukan bahan yang bagus, kayu itu mudah terbakar, apa kau mau rumahmu terbakar ?
Si bungsu : kalau begitu, apa yang harus saya pakai wahai penjaga toko ?
Penjual     : sebaiknya kau menggunakan batu bata, agar rumahmu kuat dan kokoh.
Si bungsu : terima kasih nasihatmu bapak penjaga toko, kalau begitu bolehkah saya membeli batu batamu ?
Penjual      : tentu, untuk adik kecil yang sangat sopan ini
Si bungsu   : terima kasih penjaga toko yang berjualan di pasar
Penjual      : sama sama
Babak 3 warung
Dalang      : dan begitulah, tiga orang saudara, membangun rumah dengan tiga bahan yang berbeda. Kakak tertua dengan jerami, kakak kedua dengan kayu, dan si bungsu yang kerepotan dengan batu batanya
Si bungsu : kakak kakakku apakah kalian mau membantuku ? batu bata ini begitu berat, aku kesulitan membawanya sendirian
Si sulung    : hei bungsu, kenapa kau memilih batu bata, lihatlah aku, aku memilih jerami agar mudah aku membawanya. Dasar bodoh.
Si second    : lagi pula kenapa kau tidak memililh kayu seperti aku? Pasti kau mendegarkan ocehan si penjaga toko itu. Hahaha kau telah tertipu olehnya.
Si bungsu : tapi apa yang di katakana oleh penjaga toko itu ada benarnya, dia berkata bahwa kayu dan jerami bukanlah bahan yang bagus untuk membuat rumah
Si sulung     : sudahlah, tak akan ada yang mau membantumu. Hei si second, ayo, sudah dulu istirahatnya, ayo berangkat dan tinggalkan si bungsu
Si second      : ayo
Dalang       : dan begitulah kekasaran kakak kakaknya selalu diterima dengan sabar oleh si bungsu

Babak 4 tempat membangun rumah
Dalang     : sesampainya si bungsu di desa, kedua kakak si bungsu sudah selesai membangun rumah dan bersantai santai.
Si sulung    : hei dalang, kenapa kau bilang pada penonton bahwa aku ini bersantai santai? Aku ini sedang beristirahat, melepas lelah setelah berkerja keras membangun rumah
Dalang     : hei si sulung, yang kau lakukan bukanlah kerja keras. Kau hanya menumpuk jerami yang tidak lebih berat dari seekor kambing. Tapi si bungsu, dia bersungguh sungguh membangun rumahnya
Si sulung    : alah… kau terlalu banyak bicara
Dalang     : itu memang tugasku, untuk menjelaskan kepada penonton apa yang terjadi di sini
Si sulung    : ah sudahlah
Si bungsu : ah, tak mengapa, toh memang kakak kakakku lebih kuat dari aku, wajar jika mereka selesai lebih cepat dari aku. Aku akan mulai membangun rumahku
Babak 5 rumah si bungsu sudah jadi
Dalang      : malam menjelang, kegelapan datang, tiba tiba di balik kegelapan malam datang sebuah ancaman. Perampok tanpa hati yang menghabisi setiap nyawa di rumah incarannya.
Maling      : akulah si rampok sadis, penjahat paling bengis, sekali aku datang, nyawamu akan habis. Hmm, sebuah rumah jerami, wahai penghuni rumah jerami di depanku, waktumu telah tiba, nyawamu akan melayang di tanganku
Si sulung    : pergi kau maling bengis. aku ada di dalam rumah, kau tidak bisa menembusnya.
Maling      : memang aku tidak bisa menembusnya, karena aku bukan hantu, hahahaha. Tapi, aku bias meniupnya
Kakak1     : ohh, si bungsu benar, jerami bukanlah rumah yang bagus, si second, si second, buka pintunya, rumahku diterbangkan oleh perampok bengis
Si second    : masuklah si sulung, berlindunglah di rumahku, rumahku terbuat dari kayu, sangat aman buatmu
Si sulung    : terimakasih adikku
Maling     : jadi, rumah kayu ya ? wahai kalian berdua yang ada dirumah kayu, waktu kalian sudah habis, cepat serahkan diri kalian padaku
Si second    : hei kau maling bengis, rupanya kau bau amis, ini rumahku, terbuat dari kayu, tiupanmu tak akan mampu
Maling     : apa katamu ? baik kalu itu maumu
Si second    : apa kataku,tiupan lemahmu itu tak mampu hancurkan rumahku, sekarang pergilah jauh dariku
Maling     : memang aku tak bias meniupnya, tapi mari bertanya pada korekku ini, mungkin kalian akan jadi daging panggang. Hahahaha
Si second    : oh tidak, si bungsu benar, kayu bukanlah rumah yang bagus
Si sulung     : kalau begitu ayo kita berlindung di rumah si bungsu
Si second     : tapi setelah semua apa yang kita katakana padanya, apa dia mau menerima kita ?
Maling      : hei kalian, rumahmu sudah hilang, sebentar lagi nyawamu akan melayang, hahahah
Dalang      : hei maling bengis, berilah kedua saudara ini kesempatan berdiskusi, sekarang ini, mereka sedang menyesali perbuatannya, berilah mereka kesempatan
Maling      : ya, ya baiklah, sekarang ataupun nanti akan sama saja, mereka akan tetap mati hahahah
Si sulung    : tapi setidakknya kita harus mencoba
Dalang     : hei si second, benar apa yang dikatakan si sulung, adik kalian itu baik hatinya dan sangat pemaaf. Kalian pasti akan diterima di rumahnya
Si sulung   : bungsu, bungsu, buka pintumu,maafkan kami telah meremehkanmu
Si second   : benar, kami salah telah menertawakanmu maafkan kami dan bukalah pintumu, di belakangku ada perempok yang akan membunuh kami
Si bungsu : masuklah kakakku pintuku selalu terbuka untukmu
Maling     : haahhah, kudapatkan tanganmu, sebentar lagi kudapatkan nyawamu
Si sulung    : bungsu, ayo kita selamatkan si second, tarik, tarik, dapat, cepat tutup pintunya
Maling      : ahh sial, lagi lagi sembunyi di dalam rumah. Bikin repot saja. Wahai kalian yang ada di dalam rumah bata, keluarlah kalian, sudah dua rumah aku hancurkan. Rumah inipun pasti hancur dan kalian akan mati
Si bungsu : hai rampok bengis dan sadis, cobalah semua kemampuanmu dank au tak akan mampu hancurkan rumah bataku ini
Maling      : baiklah akan kutiup
Si sulung     : hah, tiupanmu tidak mempan dasar rampok sadis
maling       : memang tiupanku tak mempan, tapi apa kata korekku ini hah ?
si second     : oh tidak, rumah ini akan terbakar seperti rumahku tadi
si bungsu : tidak, itu tidak akan terjadi, bata bukanlah benda yang mudah terbakar
maling     : apa? Korek ini tidak mempan? Huh sialan, bikin repot saja. Kalau itu mau kalian aku akan mendorak masuk
si second    : oh tidak, matilah kita
si bungsu ; tunggu kakak kakakku, kenapa kita harus takut bukankah kita bertiga dan maling itu hanya sendiri? Kenapa kita harus takut
si sulung    : kau benar bungsu, kita akan melawannya, apalagi badanku sangat kuat
maling      : ohh, jadi kalian memilih keluar, baguslah, jadi aku tidak usah repot repot menghancurkan pintu rumah kalian
si second    : apa kau yakin? 3 lawan satu, dan aku masih berpikir akan menang? Ajalmu yang sudah tiba pak perampok
maling     : oh sial, aku lupa, mereka bertiga, aku harus lari
dalang      : maaf, tapi kau tidak boleh lari, penonton tidak suka jika tokoh jahatnya lolos, mereka menyukai jika orang baik yang menang.
Maling     : minggir, itu bukan urusanmu dalang, minggir !
Dalang     : ooh, tentu urusanku, di sini tertulis bahwa sang rampok harus di hajar oleh tiga bersaudara, dan tugasku adalah menjaga cerita agar tetap sesuai dengan apa yang tertulis oleh sang penulis. Dan kalian bertiga, cepat tangkap maling ini
Si sulung   : ayo adik adikku, hajar !
Dalang     : dan begitulah, kakak kakak si bungsu mengambil pelajaran bahwa kita harus melakukan segala hal dengan bersungguh sungguh, dan bahwa kita harus saling menghormati dan menyayangi


















0 komentar:

Posting Komentar

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter